Oleh: Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)
Aku tak berani menatap wajahmu, aku tak pula ingin lari dari kehendak dengan hanya menjadi pemuja rahasia mu. Namun, aku pasti akan mendatangi walimu, dan menuturkan apa yang menjadi niatan ku.
Aku hanyalah seorang lelaki dengan separuh agama, yang ingin menyempurnakan agama. Aku adalah seorang pengemban dakwah, yang sendirian mengarungi samudera dakwah. Aku, adalah seorang yang ingin ada generasi setelah ku yang melanjutkan perjuangan ku.
Aku, pastikan akan mendatangi wali mu dan pasti pula aku akan katakan bahwa aku ingin meminangmu. Tapi, aku adalah lelaki sebagaimana umumnya lelaki lainnya, yang hanya akan mengutarakan niatan setelah ada kepastian akan jawaban.
Untuk alasan itulah, aku ingin sampaikan kepadamu, sebelum pertanyaan ini aku sampaikan kepada walimu. Mau kah engkau menjadi istri ku ? menjadi ibu bagi anak-anak ku ? Menjadi selimut kehidupanku, juga perbendaharaan yang banyak sebagai bekal untuk melanjutkan perjuangan ku ?
Jika berkenan, maka itulah yang diharapkan. Sehingga aku bisa menyiapkan segala hal untuk sebuah mimpi yang akan segera mewujud menjadi kenyataan.
Kalau tidak berkenan, jawaban itu juga penting untuk menghapus lamunanku. Agar aku segera, mencari pengganti yang lain, yang sanggup menerima keadaan ku, dengan segala kepapaan yang ada padaku.
Bukan memaksa, bukan pula menjanjikan, tapi tak ada yang dapat disampaikan selain visi untuk membawamu ke surga, bersama segenap anak-anak ku. Ah, saat engkau menerima ku, rasanya dunia ini telah menjadi milikku seorang, sementara yang lain kuanggap ngontrak.
Baiknya lelaki, akan mendapatkan baiknya wanita. Jika engkau menerima ku, bukan berarti aku baik bagimu. Tapi Allah SWT memberikan kebaikan kepadaku, karena mengaruniakan dirimu yang lebih baik kepada ku.
Kalau engkau menolak ku , bukan berarti engkau buruk untuk ku. Tapi hanya sarana, agar aku mendapatkan yang lain yang lebih baik menurut pandangan Allah SWT.
Namun menurut ku, dalam pandangan ku, dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang ada padaku, aku melihat dirimu lah yang terbaik bagiku. Karena itu, berikan lah kabar yang akan melegakan dada dan menentramkan hatiku.
Ukhti, mau kah engkau menjadi istri ku ?
Jangan balas dengan tulisan, jika engkau mendiamkan aku anggap itu jawaban penerimaan. Segera, setelah tulisan ini diterima aku akan mendatangi walimu. [].
Nomor Berikut :
1. Tulisan ini boleh dicopy Jomblo wan untuk sarana meminang calon istri. Diharamkan, untuk digunakan sebagai bahan gombalan.
2. Kutip saja, bahwa Sastrawan politik telah memberikan Restu atas niatan untuk menyempurnakan agama dengan mengirimkan tulisan ini kepadanya.