Oleh: Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)
Aku telah menyampaikan jawaban itu, jauh sebelum engkau mengirimkan pertanyaan. Wahai akhi, tiada kebahagiaan bagi seorang ukhti, selain mendapatkan imam yang Sholeh, yang akan menjadi nahkodanya untuk mengarungi samudera dakwah.
Muslimah manakah yang tidak berkenan, rahimnya menjadi ladang persemaian bagi calon mujahid-mujahid Islam yang banyak ? Siapakah yang tidak ingin, dibawa menuju surga bersama dengan anak-anak yang diasuhnya ?
Seorang gadis, memimpikan seorang pemuda yang bertanggung jawab, itu yang utama. Adapun soal harta dan dunia, semua bisa diupayakan bersama, dan Allah SWT yang akan mencukupinya.
Bukankah ketika lahir kita semua berada dalam keadaan papa ? Lihatlah, Abdurahman bin Auf, bukankah dia juga berawal dari bayi yang ketika lahir hanya bermodal tangisan ?
Indahnya bahtera rumah tangga, itu karena hiasan ketaqwaan. Sementara dunia, itu hanya ladang yang pada akhirnya akan ditinggalkan.
Wahai Akhi, bukankah petani pada saat petang akan meninggalkan kebunnya ? Itulah dunia dan segala pernak perniknya, yang pasti akan kita tinggalkan. Sementara keabadian surga, adalah tempat kebahagiaan yang tiada berkesudahan.
Aku tahu, aku akan memberikan ketentraman bukan sekedar dengan mendiamkan. Aku berikan keyakinan, agar tidak disalah tafsirkan. Aku bersedia, menerima pinangan mu, menjadi calon ibu dari anak-anak mu, anak-anak kita, calon penghuni surga.
Dan semoga, aku bisa menjadi perbendaharaan bekal dakwah, yang membuat langkah mu semakin jauh, menuju tujuan ridlo Allah SWT. Aku, akan siap setia menyelimuti mu dengan kasih sayang dan ketenteraman, sebagainya Khadijah Ra telah berikan kepada Muhammad Saw.
Segeralah ! temui waliku, karena dalam urusan ini aku tiada berhak atas diriku. Kupastikan, insyaallah jawaban waliku tidak akan berbeda jauh dengan apa yang telah diutarakan.
Sungguh dunia ini akan menjadi milik kita, tapi jangan anggap yang lain hanya mengontraknya. Kita sebenarnya, tidak juga memiliki sepenuhnya karena dunia juga akan kita tinggalkan.
Rumah dan tempat tinggal sesungguhnya adalah surga. Tempat, yang kau janjikan akan membawaku dan anak-anaku turut serta.
Risalah ini masih mungkin kulengkapi dengan ikhtiar memperbaiki diri, demi amanah menjadi ibu yang shalihah. Jika paras yang dicari dan diperbandingkan, mohon maaf aku tiada memiliki itu dan aku tiada merasa kecewa jika harus ditingkatkan karena itu. Sebab, lelaki Sholeh sejati tak akan pernah salah mengirimkan risalah khitbah kepada wanita yang dikehendakinya. [].