Publishnews.id – Peretasan terhadap bursa kripto kembali terjadi. Kali ini dialami bursa kripto Bilaxy. Estimasi kerugian mencapai US$450 juta atau setara Rp 6,4 triliun.
Platform perdagangan aset digital asal Seychelles melaporkan sejumlah dompetnya mengalami ‘kebocoran’ pada 29 Agustus 2021.
Namun demikian balum ada diinformasikan jumlah yang dicuri. Beberapa estimasi mengklaim totalnya mencapai US$450 juta atau Rp6,4 triliun dalam berbagai kripto.
Melansir dari blockchainmedia.id–jaringan suara.com, Senin(30/8/2021), kanal Telegram resmi Bilaxy memberikan sejumlah informasi yang menandakan platform itu menangguhkan sementara layanannya dengan dalih pemeliharaan.
Melalui twitter beberapa jam kemudian, Bilaxy menulis pengumuman mendesak soal peretasan. Pengumumam menyebut dompet kripto Bilaxy mengalami kebocoran. Bursa tersebut mengimbau pengguna untuk tidak mengirim dana apapun ke rekening mereka.
Sejak saat itu, Bilaxy tidak memberikan informasi banyak selain pemberitaan melalui kanal Telegram bahwa tim Bilaxy sedang bekerja untuk memecahkan masalah ini. Pengguna diminta tidak cemas.
Bilaxy tidak menyebut jumlah persis yang berhasil dibawa kabur oleh peretas. Situs Bilaxy pun masih belum berjalan normal.
Suara.com